Surabaya, eMaritim.com
Kecelakaan kapal yang kembali terjadi di awal 2018 seperti menyadarkan kita semua bahwa ada issue lain yang sangat penting untuk diperbaiki selain semangat pemerintah dalam memajukan dunia maritim tanah air, yaitu aspek Keselamatan ABK dan Keselamatan kapal.
Dari beberapa kejadian kecelakaan kapal sepanjang 2017, masih ada yang belum terangkat media selama ini diantaranya adalah tenggelamnya Tug Boat Virgo 99 di perairan antara Jakarta dan Cirebon pada tangal 1 Desember lalu. Hal ini bermula dari diselamatkannya 5 orang ABK TB Virgo 99 yang tenggelam pada posisi kordinat Lintang 05.35.1 S Bujur 108.01.08 T disekitar Pulau Rakit oleh kapal Tanto Star. 5 orang ABK tersebut bernama Dian Pranata, Muhamad Ansori, Ahmad Jaudi, Nursal, Zulfahmi. Sementara 2 orang yang tenggelam bersama kapalnya adalah Nakhoda Mula Situmorang dan KKM Syamsudin.
Seperti yang dilaporkan oleh Ketua Pergerakan Pelaut Indonesia (PPI) Sdr Andri Sanusi kepada eMaritim.com bahwa sampai saat ini pihak keluarga belum mendapatkan santunan dari pemilik kapal yang diketahui bernama PT Tampok Sukses Perkasa Batam, laporan PPI juga dengan melampirkan Berita Acara kejadian lengkap.
Kronologis kejadian adalah sebagai berikut; Pada tanggal 29 November 2017, TB Virgo 99 mendapat tugas untuk menyelamatkan TB Trust 17 yang mengalami mati mesin di utara Karawang. Setelah mencari di koordinat yang diberikan, TB Virgo 99 tidak menemukan TB Trsut 17 dan memutuskan kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta kapal menghadapi cuaca buruk, dan kemasukan air sehingga mesin kapal mati.
Sementara KM Tanto Star yang dalam perjalanan dari Bitung ke Jakarta, menerima pangilan Mayday dari TB Virgo 99 yang meminta bantuan evakuasi. KM Tanto Star berhasil mencapai posisi TB Virgo 99 dan memberikan bantuan yang diminta yaitu menarik TB Virgo 99 menuju Jakarta.
Sialnya dalam perjalanan menarik TB Virgo 99, kapal tersebut tenggelam bersama nakhoda dan KKM nya, sementara 5 orang ABK TB Virgo 99 berhasil diselamatkan setelah terjun ke laut bersama Life Raft.
Berita mengenai kecelakaan ini tidak pernah terekspos media saat itu dan selanjutnya hanya tersisa keluarga korban yang masih berjuang mencari keadilan atas nasib yang menimpa keluarga yang kehilangan kepala keluarganya.
Lemahnya perlindungan tehadap pelaut sering membuat hal seperti ini hilang ditelan berita berita kesuksesan pembangunan pelabuhan atau proyek pemerintah dibidang maritim lainnya. Padahal mudah saja bagi otoritas untuk melacak dan memberikan bantuan yang dibutuhkan, karena identitas kapal dan bantuan SAR pernah diterjunkan membantu masalah ini.
Organisasi Pelaut yang mapan seperti KPI juga sering menutup diri terhadap persoalan tersebut, sehingga pelaut lebih banyak mencari dan mengadukan permasalahannya kepada organisasi lain yang lebih peduli terhadap nasib pelaut seperti PPI.
Semoga akan ada pihak yang menaruh perhatian terhadap keluarga korban dan memberikan bantuan yang seharusnya.(zah)