istimewa |
Jakarta, INSA – Indonesia kembali akan mencalonkan
diri sebagai anggota Dewan International Maritime Organization (IMO) kategori ‘C’
periode 2018-2019.
Pada pemilihan sidang majelis IMO ke-30 nanti Indonesia akan
mencalonkan diri yang ke 21 setelah 20 kali terpilih menjadi anggota Dewan IMO,
sejak Indonesia secara resmi menjadi anggota pada tanggal 18 Januari 1961.
Adapun sidang IMO nanti akan dilaksanakan di negara London pada
tanggal 27 November sampai dengan 6 Desember 2017.
Pada pemilihan anggota Dewan periode 2016-2017 dalam Sidang
Majelis IMO ke-29 yang diadakan di London pada tahun 2015 yang lalu, Indonesia
berhasil memperoleh 127 suara dan berada di peringkat ke-9 dari 20 negara
anggota Dewan IMO di Kategori “C”.
Guna menggalang bagi pencalonan Indonesia sebagai anggota
Dewan IMO Kategori “C” Periode 2018-2019, pada tanggal 3 April 2017 bertempat
di Ruang Mataram Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Pemerintah Indonesia
menyelenggarakan Diplomatic Reception dengan mengundang Duta Besar/perwakilan
negara-negara sahabat yang ada di Jakarta. Diplomatic Reception ini rencananya
akan diselenggarakan sebanyak 2 (dua) kali di Jakarta pada bulan April dan
Oktober tahun 2017 dan 1 (satu) kali di London pada bulan November 2017.
Dalam sambutannya pada acara tersebut, Menteri Perhubungan
Budi Karya Sumadi menegaskan, bahwa sebagai salah satu negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia menyadari pentingnya keanggotaan sebagai Anggota
Dewan IMO. Terlebih lagi sebagai negara yang pernah dikenal sebagai negara
pelaut, Indonesia telah sejak dahulu menjadari bahwa lautan adalah kunci bagi
kesejahteraan suatu negeri. ”Laut bagi kami bukan sekadar komitmen, namun sudah
menjadi gairah hidup,” ujar Menhub Budi.
”Komitmen kami untuk mendukung perkembangan dunia maritim
semakin kuat setelah Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya keanggotaan
Indonesia di IMO pada kunjungannya ke Kantor Pusat IMO di London, Inggris pada
bulan April tahun 2016 yang lalu,” jelas Budi.
”Menjadi Anggota Dewan IMO dapat memberikan Indonesia
keistimewaan untuk mewujudkan visi pemerintahan Presiden Joko Widodo ke dalam
tindakan, yang akan membawa manfaat tidak hanya bagi Indonesia, namun juga bagi
semua negara di dunia,” tambah Menhub Budi.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan
Laut, A. Tonny Budiono menyampaikan bahwa penyelenggaraan Diplomatic Reception
ini merupakan suatu kegiatan nasional sebagai salah satu upaya pendekatan
kepada negara-negara lain untuk memberikan dukunganya kepada Indonesia saat
pemilihan di Sidang Majelis (Assembly) IMO yang ke-30 yang akan dilaksanakan
pada tanggal 27 November s.d. 6 Desember 2017 di Kantor Pusat IMO, London,
Inggris.
”Hingga saat ini Pemerintah Indonesia telah menerima
dukungan dari beberapa negara baik dalam bentuk dukungan unilateral, saling
dukung di Dewan IMO dan pemanfaatan pengaturan saling dukung di organisasi
internasional lainnya,” kata Tonny.
”Penggalangan dukungan ini sangat penting, mengingat saat
ini terdapat 4 (empat) negara anggota yang baru akan mencalonkan diri sebagai
Anggota Dewan IMO Kategori ”C”, yaitu Arab Saudi, Iran, Jamaica, dan Polandia,”
ujar Tonny.
Menteri Perhubungan sebagai host dari Diplomatic Reception
ini telah mengundang 103 Duta Besar/perwakilan negara-negara sahabat yang ada
di Jakarta. Sementara itu, Tim Lobi diperkuat oleh 99 orang yang berasal dari
instansi pemerintah terkait, BUMN, asosiasi, serta pejabat eselon 1 s.d. 4
selektif di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Tonny menjelaskan, bahwa para Tim Lobi telah dibagi tugasnya
untuk secara aktif melakukan lobi kepada para tamu perwakilanan negara sahabat
yang hadir guna mendapatkan dukungan suara dari negara-negara anggota IMO pada
saat Sidang Majelis IMO mendatang.
Indonesia sendiri telah menjadi Anggota Dewan IMO sejak
tahun 1973. Kedudukan Indonesia sebagai anggota dewan IMO memiliki fungsi
penting dan strategis untuk menunjukkan peran Indonesia dalam menentukan arah
dan kebijakan IMO. “Oleh sebab itu dukungan yang diberikan oleh para negara
anggota IMO kepada Indonesia diharapkan dapat mempererat hubungan kerja sama
untuk semakin memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan masa depan
IMO dan juga bagi pengembangan transportasi laut dunia, khususnya di bidang
keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim,” tutup Tonny.
Sebagai informasi, International Martime Organization (IMO)
adalah badan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang didirikan pada tahun
1948, bertanggung jawab pada isu-isu keselamatan dan keamanan pelayaran serta
pencegahan terhadap polusi laut. IMO saat ini beranggotakan 172 negara serta
tiga associate members dengan kantor pusat berbasis di Inggris.
Dewan IMO sendiri adalah badan pelaksana di bawah Majelis,
yang bertugas mengelola kegiatan Organisasi di antara Sidang Majelis. Dewan
adalah juga pengambil kebijakan dalam berbagai bidang tugas IMO yang membahas
laporan dari seluruh Komite IMO dan kemudian membuat keputusan-keputusan yang
akan ditetapkan dalam Sidang Majelis IMO.
Untuk periode 2016-2017, Dewan IMO Kategori “A” terdiri dari
10 negara yang mewakili armada pelayaran niaga internasional terbesar dan
sebagai penyedia angkutan laut internasional terbesar yaitu Cina, Yunani,
Italia, Jepang, Norwegia, Panama, Republic of Korea, Russia, Inggris dan
Amerika Serikat.
Anggota Dewan IMO kategori “B” terdiri dari 10 negara yang
mewakili kepentingan terbesar dalam penyelenggara jasa perdagangan lewat laut
/International Seaborne Trade yaitu Argentina, Bangladesh, Brazil, Canada,
Perancis, Jerman, India, Belanda, Spanyol dan Swedia.
Sedangkan, anggota Dewan IMO kategori “C” merupakan negara
yang mempunyai kepentingan khusus dalam angkutan laut dan mencerminkan
pembagian perwakilan yang adil secara geografis yaitu Australia, Bahama,
Belgia, Chili, Cyprus, Denmark, Mesir, Indonesia, Kenya, Liberia, Malaysia,
Malta, Mexico, Moroko, Peru, Philipina, Singapura, Afrika Selatan, Thailand dan
Turki.
Dengan demikian, menjadi anggota Dewan IMO merupakan
pengakuan dunia terhadap eksistensi Indonesia yang turut menentukan kebijakan
sektor transportasi laut dunia khususnya di bidang keselamatan dan keamanan
pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. (*)